Skip links

Kuliah Umum: “Tapak Arkeologi Lembah Bujang dalam Konteks Sejarah Awal Asia Tenggara”

Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan (UNIMED), sukses menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Tapak Arkeologi Lembah Bujang dalam Konteks Sejarah Awal Asia Tenggara.” Acara ini menghadirkan dua pembicara berpengalaman dari Malaysia: Dr. Sivapalan Selvadurai dan Mr. Callistus Fernandez, keduanya dari KADARAM Historical Initiative.

Kuliah umum ini membahas berbagai perspektif baru mengenai sejarah dan arkeologi Lembah Bujang (LB), termasuk kritik terhadap teori sejarah lokal dan konsep peradaban awal di kawasan Asia Tenggara. Acara ini diselenggarakan di Ruang Audiovisual, Lantai 3 Fakultas Ilmu Sosial UNIMED, mulai pukul 09.00 WIB.

Dr. Sivapalan Selvadurai memaparkan teori penting tentang empat tahap perkembangan candi berdasarkan agama dan kontribusi teknologi lokal, seperti pengolahan besi di Sungai Batu, yang dianggap lebih tua dibandingkan peradaban di Tiongkok dan Eropa. Sementara itu, Mr. Callistus Fernandez menyoroti pentingnya memverifikasi sumber sejarah Lembah Bujang dan menolak klaim sejarah yang tidak berdasar seperti teori “transient trader” dan “localization.”

Para pembicara juga mengkritisi beberapa narasi sejarah resmi Malaysia yang kerap mengagungkan peran Hindu-Buddha tanpa bukti adaptasi agama oleh masyarakat lokal. Mereka menekankan perlunya membangun narasi total history sesuai konsep Fernand Braudel, yang mencakup aspek sosial, ekonomi, dan budaya secara menyeluruh.

Kuliah umum ini dihadiri oleh mahasiswa, dosen, dan pemerhati sejarah yang aktif terlibat dalam sesi tanya jawab. Diskusi mencakup tema penting seperti ekonomi vihara dan candi, serta dinamika sistem kasta dan guilds dalam pembentukan peradaban lokal.

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Pristi Suhendro Lukitoyo, S.Hum., M.Si., menyampaikan bahwa acara ini memberikan wawasan baru bagi mahasiswa tentang bagaimana arkeologi dapat digunakan untuk memahami hubungan antarbudaya di Asia Tenggara. “Kami berharap kuliah ini mendorong penelitian lebih lanjut tentang situs-situs arkeologi di kawasan ini, termasuk pelestariannya,” tambahnya.

Kuliah umum ini juga merupakan bagian dari Matakuliah Museologi yang diampu oleh Prof. Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S. Dalam penutupan acara, Prof. Ichwan Azhari menyampaikan apresiasi terhadap paparan kedua narasumber. Beliau menekankan bahwa materi yang disampaikan merupakan upaya dekonstruksi historiografi Situs Lembah Bujang yang selama ini banyak disusun berdasar pada perspektif kolonial.

Prof. Ichwan Azhari juga menegaskan pentingnya pendekatan yang lebih kritis dalam kajian historiografi dan arkeologi. “Upaya seperti ini harus menjadi perhatian para sejarawan di Sumatera Utara. Kami perlu mulai menyusun historiografi yang tidak hanya mengandalkan sumber kolonial, tetapi juga didasarkan pada penelitian lokal yang lebih mendalam,” ujarnya.

Kuliah umum ini menjadi tonggak penting dalam mengungkap fakta sejarah dan menyusun ulang narasi arkeologi yang lebih inklusif. Dengan dukungan akademik dan dialog lintas negara, situs seperti Lembah Bujang dapat terus berkontribusi pada pemahaman sejarah Asia Tenggara, sekaligus mendorong pengkajian kritis terhadap historiografi di wilayah lain, termasuk Sumatera Utara.(Humas Unimed)