Perdalam Riset dan Pengabdian, Unimed Join dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT), USA.
Berlokasi di Massachusetts Institute of Technology (MIT), khususnya di MIT-Design Labs [MIT-D Labs] yang terletak di Lantai 3, Massachusetts Avenue, Cambridge, Amerika Serikat, pada tanggal 21 November 2024, rombongan Unimed disambut dan diterima oleh Associate for Director for Research, Dr. Kendra Leith. MIT-D Labs berbasis didirikan pada 2002 oleh Amy Smith, Dosen Teknik Mesin di MIT yang dimaksudkan untuk membantu orang-orang Haiti (The Haiti Class). Pada saat itu, pembelajaran yang dijalankan bukan di dalam kelas, melainkan di masyarakat dengan praktik langsung, berbasis proyek, dan dunia nyata. MIT D-Lab, menurut Kendra Leith bekerja berdasar pendekatan science, technology, engineering, and math (STEM) dengan semua orang di seluruh dunia untuk mengembangkan dan memajukan pendekatan kolaboratif dan solusi praktis terhadap tantangan kemiskinan global.
Salah satu keunggulan MIT-D Labs adalah pelibatan secara partisipatif mahasiswa di 15 kelas lintas fakultas untuk penelitian mahasiswa serta peluang kerja lapangan, kelompok penelitian yang mencakup berbagai sektor dan pendekatan, maupun praktik inovasi. Laboratorium ini telah bekerja di 42 negara, termasuk di Indonesia dengan mengandalkan inovasi dan teknologi berbiaya rendah dan disesuaikan dengan karakter geografi dan kultur masyarakatnya. Paling menarik, seluruh mahasiswa terlibat secara partisipatif mulai merancang, menjalankan, mengevaluasi, hingga mengimplementasi. Kendra menuturkan bahwa keseluruhan praktik kerja di MIT-D Labs terdiri dari: (1) desain yang berpusat pada pengguna (user-centered design), (2) terlibat dalam kreasi bersama (co-design), dan (3) membangun kepercayaan diri dan kapasitas untuk mempromosikan desain (user-generated design). Jadi, nilai penting MIT-D Labs menurut Kendra Leith adalah “talk with people and collaborate, do good design work, and then ensure it gets out into the world and makes a positive impact,”
Kemudian, Leith melanjutkan bahwa keseluruhan program MIT-D Labs dijalankan berdasarkan tiga pilar utama; (1) akademik, (2) penelitian, dan (3) praktik inovasi yang dimaksudkan untuk mencapai tiga tujuan utama: (1) menciptakan dan memberikan pengalaman transformasional siswa dalam pengentasan kemiskinan global, (2) memajukan beasiswa dan praktik pengentasan kemiskinan global dan pedagogi desain inklusif, dan (3) mempertahankan ekosistem yang mendukung seluruh siklus hidup berdasar solusi praktis, mulai dari penilaian kebutuhan hingga ide serta dampak yang tervalidasi. Bersama mahasiswa, MIT D-Lab bekerjasama dengan pekerja sektor informal, perusahaan multinasional, serta pemimpin regional dan komunitas untuk mengembangkan bisnis, pasar, dan ekonomi inklusif yang mendorong kesetaraan, kecerdikan, dan ketahanan bagi masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Beberapa program yang dikerjakan oleh MIT D-Lab ini adalah: (1) inovasi kemanusiaan, (2) ekonomi inklusif, (3) inovasi desain untuk kehidupan kedua, (4) kemitraan untuk keterampilan, inovasi, dan pembelajaran seumur hidup, dan (5) praktik inovasi proyek masa lalu.
Rektor Unimed Prof. Dr. Baharudin, mengapresiasi penerimaan MIT D-Labs dan diskusi yang disampaikan kepada seluruh rombongan. “Ini benar-benar menggugah!, demikian disampaikan Prof Baharudin yang mengaku terharu dengan program teknologi tepat guna, berbiaya rendah, dan seketika membantu meringankan beban kerja masyarakat yang membutuhkan yang disesuaikan dengan bahan baku lokal dan karakter masyarakatnya.” Itu artinya, kita tidak mengimpor teknologi, atau membawa bahan baku dari luar, tetapi justru memikirkan semuanya di masyarakat itu sendiri. Ini pantas ditiru dan seyogianya program penelitian dan pengabdian masyarakat di Unimed melakukan hal ataupun praktek yang sama.
Sementara Ketua Senat Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, menyebut bahwa Unimed sebenarnya melakukan yang sama melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, namun, dibanding MIT D-Labs, mereka lebih fokus bahkan sangat fokus untuk membantu menyediakan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Mereka juga berhasil melibatkan secara aktif dan partisipatif dalam setiap program yang dilakukan dosen, ataupun berhasil mengundang para pemodal, pebisnis, ataupun filantropi untuk terlibat dalam kegiatan mereka. Fokus mereka adalah penyediaan teknologi, kendati berbahan murah, tetapi dapat membantu meringankan kebutuhan teknologi masyarakat. Saya kira, kenyataan demikian harus dan pantas ditiru oleh siapapun termasuk dosen-dosen di Unimed.
Sebagaimana disampaikan pendirinya, Amy Smith “impact is not just the product of innovation, it is the process of innovation.” Proses pengukuran dampak terhadap mahasiswa di MIT D-Lab, terhadap komunitas di seluruh dunia, mengenai bagaimana penelitian dilakukan di komunitas yang rentan adalah sesuatu yang harus dianggap serius yang dipandu oleh tiga prinsip: integritas, pembelajaran, dan partisipasi. MIT adalah rumah bagi ekosistem yang kaya akan laboratorium, kelas, kelompok mahasiswa, program akademik, kompetisi, dan inisiatif lain yang bersinggungan dengan program MIT D-Lab.
Adapun rombongan Unimed yang bertamu ke MIT D-Labs terdiri atas rektor dan wakil rektor, ketua dan sekretaris senat universitas, kepala biro, dan kepala kantor urusan internasional. Setelah diskusi dan tur MIT D-Laps, Rektor, Prof. Dr. Baharudin didampingi Ketua Senat, Prof. Syawal Gultom mengalungkan “Ulos” kepada Dr Kendra Leith, Associate for Director for Research sebagai tanda yang mengawali kerjasama. (Humas Unimed).