LPPM Unimed Sambangi Pondok Belajar Arnila, Program Pendampingan Karya Puisi Berbasis Ekologi Kelautan
Dosen Unimed menyambangi Pondok Belajar Arnila yang berada di Kampung Nelayan Seberang. Sejak Juni lalu, program yang mereka jalankan di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) telah terlaksana, yakni melakukan pendampingan karya sastra puisi berbasis ekologi kelautan. Hari ini, mereka membawa produk berupa buku antologi puisi karya anak-anak Kampung Nelayan Seberang dan publikasi karya digital berbasis blog. Untuk kemudian mereka serahkan kepada pengelola Pondok Belajar Arnila.Jumat(13/10/2023)
Dr. Muhammad Surip, M.Si. selaku Kepala Humas Universitas Negeri Medan yang mengetuai program ini menjelaskan jika tim mereka telah melaksanakan pembinaan kepada anak-anak Kampung Nelayan dalam menciptakan puisi.
“Kita melihat adanya potensi dari anak-anak Kampung Nelayan dalam menciptakan maha karya. Di samping tempat tinggal mereka yang sangat minim akses pendidikan, kami berusaha hadir menjadi perpanjangan tangan mereka dalam bersastra,” kata Dr. Muhammad Surip, M.Si.
Beliau menjelaskan jika mereka memiliki misi menstimulus anak-anak Kampung Nelayan Seberang membuat puisi dengan latar belakang kelautan. Sebab, setiap harinya mereka dikelilingi aktivitas nelayan dan fenomena ekologi yang menarik.
“Laut selain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pangan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka, juga dapat dijadikan sebagai refleksi hidup. Semata untuk menunjukkan jika melalui puisi yang mereka angkat, dapat memberi manfaat bagi lingkungan yang mereka huni. Sebab, tak sedikit anak-anak ini membuat puisi yang mengkampanyekan nilai-nilai lingkungan,” lanjut Dr. Muhammad Surip, M.Si.
“Semoga dengan adanya buku karya mereka sendiri ini, anak-anak di Kampung Nelayan semakin semangat belajar dan dapat memotivasi yang lain untuk berani berkarya,” pungkasnya.
Muhammad Anggie J. Daulay, S.S., M.Hum selaku Dosen Unimed prodi Sastra Indonesia yang merupakan anggota tim pengabdian, mengatakan jika anak-anak Kampung Nelayan Seberang memiliki bakat yang terpendam.
“Bagaimana mereka menyusun kata-kata, memaksimalkan ide, dan merangkai persajakan cukup bagus. Nilai-nilai kehidupan yang mereka angkat juga sangat representatif. Benar-benar menggambarkan kondisi mereka di pesisir,” ungkap Muhammad Anggie, J. Daulay, S.S., M.Hum. yang turut aktif sebagai juri kegiatan sastra maupun seni pertunjukan di Sumatra Utara.
“Saya melihat adanya gejolak batin dari puisi-puisi mereka. Ada keresahan yang tersimpan di sana, ada pula ajakan untuk konservasi bakau agar dapat meredakan pasang laut. Hal ini yang sesungguhnya membuat saya takjub dengan mereka. Bahwa di samping akses pendidikan di kampung ini yang sulit, tapi mereka bisa membuat puisi dengan indah dan penuh pertimbangan,” kata beliau.
Anak Pondok Belajar Arnila bernama Sulis merasa senang telah didampingi dalam membuat puisi dan menciptakan buku. Mereka merasa bangga telah menciptakan buku karya sendiri.
“Menulis puisi itu asyik. Apalagi berhasil dibukukan. Ada rasa bangga sendiri bagi kami kalau menunjukkan karya sama orang tua. Pokoknya senang kali,” ucap Sulis.
“Bukunya cantik. Kami juga bisa menceritakan apa yang terjadi di kampung kami. Seperti kampung kami yang sering pasang dan air sampai masuk rumah, atau bahkan ikan yang harganya murah,” pungkas Salwa, anak-anak Kampung Nelayan Seberang yang lain.(Humas Unimed)