Skip links

Tim PKM-RSH Unimed Optimalisasi Komunikasi Peran Lagu Anak Sebagai Media Terapi Bagi Penyancang Cacat

Tim peneliti PKM-RSH dari Universitas Negeri Medan (UNIMED) tengah mengembangkan metode terapi inovatif dengan memanfaatkan lagu anak sebagai media untuk membantu anak-anak yang mengalami rhotisisme di Desa Binjai Bakung, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Medan 3 Juli 2024. Rhotisisme, yang ditandai dengan kesulitan mengucapkan bunyi “R”, dapat menghambat kemampuan komunikasi dan sosial anak-anak. Penelitian ini merupakan bagian dari upaya tim untuk memberikan solusi efektif dan menyenangkan bagi anak-anak yang mengalami gangguan tersebut.

Penelitian ini dipimpin oleh Tara Ashiilah, seorang mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Unimed, bersama dengan rekan-rekannya, Benni Sitanggang, Putri Ardini, Retno Rezky Fajriana, dan salah satu anggota penelitian yang merupakan mahasiswa prodi Pendidikan Seni Musik Azan Alfana Ramadan. Dengan bimbingan dari dosen pendamping Lili Tansliova, M.Pd., tim ini berusaha mengeksplorasi potensi lagu anak dalam memfasilitasi pengucapan bunyi “R” pada anak-anak penderita rhotisisme. “Kami percaya bahwa pendekatan yang menyenangkan dan melibatkan aspek musik bisa membantu anak-anak merasa lebih nyaman dan termotivasi dalam belajar mengatasi kesulitan mereka,” ujar Tara.

Proyek penelitian ini melibatkan 13 anak di Desa Binjai Bakung yang berusia antara 7 hingga 12 tahun. Program terapi ini dirancang dalam bentuk serangkaian treatment yang mencakup sesi mendengarkan dan bernyanyi lagu anak yang telah disesuaikan dengan kebutuhan terapi. Tim memulai sesi treatment dengan mengamati respon anak-anak terhadap metode terapi yang diberikan. Setiap sesi dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengucapkan bunyi “R” melalui metode yang interaktif dan menyenangkan.

Hasil dari penelitian ini sangat menggembirakan. Anak-anak menunjukkan peningkatan kemampuan mengucapkan bunyi “R” serta peningkatan kepercayaan diri dalam berbicara dan berinteraksi dengan teman sebaya. “Kami melihat anak-anak menjadi lebih berani dan percaya diri dalam berbicara. Mereka juga terlihat lebih bahagia selama sesi terapi,” tambah Benni Sitanggang, anggota tim peneliti. Temuan ini memberikan harapan baru bagi metode intervensi yang inovatif dan efektif dalam mengatasi rhotisisme pada anak-anak.

Penelitian ini tidak hanya berfokus pada terapi, tetapi juga pada upaya melibatkan orang tua dan keluarga dalam proses terapi. Tim peneliti mengadakan sesi pelatihan bagi orang tua untuk memastikan mereka dapat melanjutkan terapi di rumah. “Kami ingin orang tua juga terlibat aktif karena dukungan dari keluarga sangat penting bagi kesuksesan terapi ini,” jelas Putri Ardini. Tim berharap, dengan melibatkan orang tua, anak-anak akan mendapatkan dukungan yang berkelanjutan dan konsisten, yang penting untuk mencapai hasil yang optimal.

Publikasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk memberikan perhatian lebih terhadap anak-anak dengan rhotisisme serta mendorong pengembangan metode terapi yang lebih inklusif dan terarah. Dengan upaya dan dedikasi tim peneliti dari Universitas Negeri Medan, diharapkan anak-anak dengan rhotisisme dapat memiliki masa depan yang lebih cerah dan bebas dari hambatan komunikasi. Penelitian ini juga menjadi bukti bahwa inovasi dalam pendidikan dan terapi dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat.(Humas Unimed)