Mahasiswa Unimed Meneliti Harmoni Tradisi dalam Kesetaraan Gender Pencak Silat Setia Hati Terate di Kabupaten Deli Serdang
Stereotip gender dalam olahraga sering kali menggambarkan perempuan sebagai lemah dan kurang mampu dibandingkan laki-laki. Perkembangan zaman dan konstruksi sosial di Indonesia juga turut mempertahankan pandangan ini, mengakibatkan perempuan sering kali terpinggirkan dalam berbagai bidang, termasuk olahraga. Namun, dalam tradisi Pencak Silat Setia Hati Terate (PSHT) di Kabupaten Deli Serdang, kesetaraan gender dijunjung tinggi. Mahasiswa Unimed mengungkap bagaimana PSHT mengharmoniskan tradisi pencak silat sebagai warisan budaya melalui pendekatan kesetaraan gender.
Adapun tim yang meneliti mengenai “Harmoni Tradisi: Rekonstruksi Kesetaraan Gender dalam Warisan Budaya Pencak Silat Setia Hati Terate melalui Pendekatan Interdisipliner di Kabupaten Deli Serdang” adalah mahasiswa Universitas Negeri Medan yang telah lolos pendanaan pada PKM Riset Sosial Humaniora 2024. Tim tersebut terdiri dari Mira Barus (Pendidikan Antropologi Stambuk 2022), Henidar Nesya Ramona Pasaribu (Pendidikan Antropologi 2022), Septi Nabila Solin (Pendidikan Antropologi 2022), Valentino Manalu (Pendidikan Sejarah 2023), dan Jordan Telaumbanua (Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2020) dengan dosen pendamping Dr. Rosramadhana, M. Si.
Penelitian ini dilakukan pada Sabtu, 25 Mei 2024 sampai Minggu, 26 Mei 2024 untuk melihat bagaimana Pencak Silat Setia Hati Terate dapat membangun kesetaraan gender dan harmoni tradisi di masyarakat. Pendekatan interdisipliner yang digunakan melibatkan berbagai bidang seperti antropologi, studi gender, olahraga, dan sejarah untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Menguatkan dan melestarikan nilai-nilai kesetaraan gender dalam warisan budaya Pencak Silat Setia Hati Terate, Meneliti dampak rekonstruksi kesetaraan gender dalam praktik Pencak Silat Setia Hati Terate terhadap harmoni tradisi di masyarakat Kabupaten Deli Serdang, Merancang strategi efektif untuk merekonstruksi tradisi ini agar lebih inklusif dan mendukung perkembangan potensi penuh bagi semua anggota masyarakat, tanpa memandang gender.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan cara-cara untuk memperkuat solidaritas dan kesetaraan gender dalam budaya lokal, sehingga tradisi dapat terus dilestarikan dan dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.(Humas Unimed)