PKM RSH FIS Unimed Telusuri Culture Experience Generasi Karo Dalam Melestarikan Musik Tradisional Gendang Lima Sendalanen
Ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2024 saat ini tengah berjalan. 459 Perguruan tinggi dengan jumlah 3.520 judul PKM berhasil memeroleh pendanaan dan tengah berkompetisi mempersiapkan diri menuju Penilaian Kemajuan Pelaksanaan PKM (PKP2). Satu diantara ribuan penerima pendanaan tersebut ialah tim PKM RSH dari Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan yang mengangkat judul riset ‘Melawan Krisis Budaya: Optimalisasi Culture Experience Generasi Karo dalam Melestarikan Musik Tradisional Gendang Lima Sendalanen’. Riset ini bergerak dari fenomena yang muncul pada eksistensi gendang lima sendalanen etnik Karo yang sudah mulai mengalami krisis dalam pelestariannya. Peranannya yang telah tergantikan oleh musik keyboard setidaknya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, membuat pengalaman budaya generasi Karo dalam membuat dan memainkannya kian menghilang.
Gendang lima sendalanen adalah salah satu seni musik yang digunakan pada etnik Karo dalam berbagai tradisi, salah satunya di wilayah Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Gendang lima sendalanen tergolong musik ansambel dan umumnya digunakan etnik Karo sebagai musik pengiring dalam berbagai upacara adat dan ritual. Ginting (2022) mengulas bahwa gendang lima sendalanen adalah seperangkat ansambel tradisional Karo yang terdiri dari sarune, gendang singanaki, gendang singisai, gung, dan penganak.
Eksistensi alat musik tradisional berada pada kekrisisan sehingga berpotensi semakin memudarkan pengetahuan generasi Karo (Angin dan Wimbrayardi, 2022). Realitas ini berdampak pada pengetahuan generasi Karo terkait keterampilan membuat dan menggunakan alat musik tradisional tersebut. Kondisi tersebut dalam kajian antropologi dianggap sebagai krisis budaya. Sarumpaet (2017) mengungkap bahwa krisis budaya terjadi karena kearifan lokal berupa keteladanan, pekerti luhur, kepedulian, dan cinta kasih perlahan mulai dilupakan. Perubahan dalam aspek sosial budaya masyarakat berpotensi membahayakan generasi berikutnya, seperti mulai dilupakannya berbagai kearifan budaya masyarakat.
Riset ini urgen dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis (1) culture experience pada etnik Karo dalam memaknai musik tradisional gendang lima sendalanen dalam kehidupan sosio-kultural di Kecamatan Berastagi; (2) strategi optimalisasi culture experience generasi Karo dalam melestarikan musik tradisional gendang lima sendalanen di Kecamatan Berastagi; dan (3) implikasi upaya yang dilakukan dalam optimalisasi culture experience pada generasi Karo terhadap upaya pewarisan budaya penggunaan alat musik tradisional gendang lima sendalanen di Kecamatan Berastagi.
Perpaduan interdisipliner dari keilmuan antropologi, etnomusikologi, dan PPKn berupaya untuk menganalisis fenomena tersebut. Riset ini dijalankan oleh Kesia Vanessa br Tarigan (mahasiswa Pendidikan Antropologi 2021), Oktriani br Bangun (Mahasiswa Pendidikan Antropologi 2022), Nadia Malika Tampubolon (Mahasiswa Pendidikan Seni Musik 2021), Samuel Pratama Depari (mahasiswa PPKn 2021), dan Maya Sari Rambe (Mahasiswa Pendidikan Antropologi 2023), serta didampingi oleh dosen pendamping Ayu Febryani, S.Pd., M.Si.
Melalui riset ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menambah kajian – kajian ilmiah pada lingkup keilmuan antropologi terkait upaya pewarisan budaya dan enkulturasinya pada generasi Karo. Dalam lingkup pendidikan seni musik dapat berkontribusi dalam upaya menguatkan eksistensi seni musik tradisional di tengah gempuran eksistensi seni musik modern. Terakhir, dalam lingkup Pendidikan kewarganegaraan dapat berkontribusi sebagai upaya cinta budaya sehingga meskipun generasi Karo diharapkan dapat berpikir global, tetapi dapat pula bertindak secara lokal agar tidak kehilangan identitas budayanya. Selain itu, mendukung upaya pemajuan kebudayaan, khususnya pada bagian pemeliharaan dan penyelamatan seni lokal sebagai sarana pelaksanaan kegiatan atau tradisi.(Humas Unimed)