Skip links

TIM PKM-RSH Unimed Lakukan Penelitian “Marsipature Hutana Be : Menjunjung Partisipasi Perantau Batak dalam Membangun Kampung Halaman.”

Tim Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa _ Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) dari Universitas Negeri Medan, dengan Judul “Marsipature Hutana Be : Menjunjung Partisipasi Perantau Batak dalam Membangun Kampung Halaman.” Ketua Tim, Haikal Salman Apriadi dari Program Studi Pendidikan Sejarah, dengan Anggota Maria Innest dari Program Studi Pendidikan Sejarah, dan Dahlia V.h Sipayung dari Program Studi Pendidikan Sejarah Bersama dengan Dosen Pendamping Muhammad Rivai, S.Pd, MA dari Program Studi Pendidikan Sejarah.

Penelitian Ini Mengungkapkan bahwa Marsipature Hutana Be merupakan falsafah yang berakar pada adat istiadat masyarakat Batak. Marsipature Hutana Be memiliki arti membangun kampung halaman masing-masing. Oleh karenanya, mencoba menelaah kembali konsep Marsipature Hutana Be yang digaungkan oleh Raja Inal Siregar pada tahun 1988-1998 untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan guna mengembalikan fungsi konsep tersebut. Dan menjadi temuan menarik adalah adanya perbedaan yang signifikan antara pembangunan di daerah Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan pembangunan di Balige, Kabupaten Toba yang menjadi temuan menarik antara perkembangan pembangunan di Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Balige, Kabupaten Toba.

Seiring dengan kemajuan Pembangunan di daerah, terdapat Pembangunan yang didasarkan Peran Tokoh nasional pada Pembangunan di Suatu Daerah, seperti Adanya Peran Tokoh Nasional Seperti Luhut Binsar Pandjaitan dalam pembangunan di Kawasan Danau Toba dengan tumbuhnya Sektor Pariwisata yang sampai saat ini masih dapat dirasakan oleh masyarakat Danau Toba. Namun, situasi sebaliknya justru sebaliknya seperti di Kawasan Sipirok, Tapanuli Selatan yang sempat menjadi Pusat Pembangunan yang digagas oleh Raja Inal Siregar yang membangun Kawasan Sipirok Menjadi Pusat Pariwisata Skala Nasional yang Akhirnya Terbengkalai Seiring dengan Berakhirnya dengan Kepemimpinan Raja Inal Siregar dalam membangun daerah Sipirok, Tapanuli Selatan.

Dan Masyarakat Sipirok sangat Menyanjung Keberhasilan Raja Inal Siregar dalam membangun Daerah Sipirok dan Sekitarnya, begitu juga dengan masyarakat di Balige, Kabupaten Toba yang sangat menyanjung Pembangunan yang dilakukan Luhut Binsar Pandjaitan di Kawasan Danau Toba Khususnya Daerah Balige, Kabupaten Toba. Hal ini menyebabkan adanya “mengkultuskan tokoh” dalam Pembangunan sehingga dimasa yang akan datang, akan menjadi tidak menentu.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis dan etnografi. Pendekatan historis digunakan untuk menyusun narasi sejarah gerakan pembangunan kampung halaman orang Batak yang dipengaruhi oleh konsep Marsipature hutana be. Dan dilakukan di dua Daerah, Yakni Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kecamatan Balige, Kabupaten Toba. Melalui Penelitian Etnografi melalui metode Observasi Partisipatif (Life in) selama Seminggu di Kedua daerah. Penelitian ini diharapkan akan Memberikan Kontribusi teoritis dalam bidang Sejarah, dan Antropologi Budaya terkait dengan Pola Pembangunan dari Konsep Marsipature Hutana Be dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pembangunan desa yang sesuai dengan kearifan lokal yang berlaku pada desa yang berkategori tertinggal, terjauh, dan terbelakang (3T).(Humas Unimed)