Tim PKM-RSH Jurusan PPKN Unimed Lakukan Penelitain Riset Sosial Humaniora di Kab. Langkat
Tim PKM-RSH Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Unimed melaksanakan penelitian riset sosial humaniora di Kampung Kasih Sayang, Dusun III Darat Hulu, Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatra utara. pada tanggal 6-9 Juli 2023, dengan judul “Menggali Spirit Kewarganegaraan Pada Majelis Taklim Fardu Ain Berjuluk Kampung Kasih Sayang Di Kabupaten Langkat”.
Tim PKM-RSH Unimed di ketuai oleh Junaidi Bersama dengan 3 orang mahasiswa sebagai anggota pelaksana yaitu Nurainun, Muhammad Yoga Pratama, dan Nurul Febriyani Harahap. Dengan dosen Pendamping Jamaludin, S.Pd., M.Pd. Kegiatan riset di Kampung Kasih Sayang disambut dengan baik oleh pihak kampung sekaligus informan penelitian yaitu Tuwan Imam, Humas Majelis Taklim Fardu Ain (MATFA), Pengelola Baitul Mal, Ketua Sektor Perekonomian, dan Warga Kampung Kasih Sayang.
Kegiatan diawali dengan observasi dan wawancara kepada warga Kampung Kasih Sayang yang sedang mempersiapkan makan siang untuk seluruh warga tersebut. Dimana Tim PKM-RSH mendapatkan informasi jika kegiatan mempersiapkan makan 3 kali sehari merupakan bentuk gotong royong yang dilakukan oleh warga sesuai dengan jadwal piket yang sudah ditentukan, dengan prinsip 1 hari melayani dan 6 hari dilayani tiap pekan. Kaidah ini dapat dimaknai bahwa Kebersamaan, Kesetaraan, dan Sepenanggungan adalah cita rasa dalam hidup bersama, saling menyayangi, dan mengasihi.
Pada konteks spirit kewarganegaraan prinsip yang telah dilakukan oleh warga dalam menghidangkan makanan merupakan salah satu bagian dari simbol penerapan kampung yang berjuluk kasih sayang, hal ini ditegaskan oleh Tuwan Imam selaku pemimpin bahwa manusia sejatinya harus bersabar, bersyukur, dan berbagi. Keberadaan Kampung Kasih Sayang memiliki pondasi spiritual yang kokoh karena berdasarkan wawancara dengan Tuwan Imam Majelis Taklim Fardu Ain (MATFA) dulunya adalah sebuah majelis tasauf dan sekarang berkembang menjadi suatu kampung. Kemudian kampung ini mampu menyelaraskan antara kebersamaan dan kesamarataan dalam nilai corak islam dan nilai Pancasila dalam kewarganegaraan yang akhirnya melahirkan kerukunan dan kesejahteraan sosial diantara mereka, sehingga kampung ini dijuluki kampung kasih sayang.
Lebih uniknya lagi kampung ini di pimpin oleh sosok Tuwan Imam Hanafi yang merupakan anak ke tujuh dari Tuan Guru, KH. Ali Mas’ud Al Banjari Bin Abdullah yang dulunya sebagai pemimpin jamaah. Tuwan Imam yang menjadi panutan oleh warga (murid Tuan Guru KH. Ali Mas’ud Al Banjari Bin Abdullah) mengajarkan kepada mereka pentingnya gotong royong dan saling membantu antar sesama dalam kehidupan beragama, berbangsa dan beragama. Tidak itu saja sistem prekonomian yang diterapkan oleh kampung kasih sayang dikelolah oleh Baitul mal yang memanajemen pengelolaan perekonomian dan keuangan di kampung tersebut. Sangat unik sekali pola kehidupan di kampung ini yang identik dengan prinsip-prinsip Pancasila yaitu berketuhanan, perikemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.
Keterangan dari Pihak Baitul mal dalam memperoleh penghasilan dan pengembangan keuangan desa. Terdapat beberapa lumbung atau sektor pendapatan yaitu sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perikanan, sektor Perkebunan dan pabrik tahu, serta ayam potong, Depot air, sarana Pendidikan dari jenjang SD, MTS, dan MA. Seluruh sektor ini saling simbiosis mutualisme sehingga terjadinya kerjasama dan saling menguntungkan antar sektor. Misalnya hasil limbah ampas tahu menjadi pakan ternak. Kotoran ternak menjadi pupuk bagi sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini menunjukkan adanya ketergantungan satu dengan lainnya. Keuntungan dari penghasilan masing-masing sektor diserahkan ke Baitul Mal secara proposional tanpa ditentukan budgeting atau angka yang sama. Hal ini dilaporkan pada saat musyawarah Baitul Mal setiap minggu tepatnya di selasa malam.
Menariknya, Kampung Kasih Sayang mampu melampaui batasan tradisional komunitas. Mereka tidak hanya menjadi sekadar sekumpulan warga yang tinggal dalam suatu wilayah, melainkan mewujudkan hubungan yang erat di antara mereka. Kehadiran kampung ini menjadi simbol solidaritas, kerjasama, dan kepedulian yang meluas kepada semua warga. Setiap individu dihargai dan diberikan tempat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan perwujudan nilai-nilai kasih sayang yang menjadi identitas kampung tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa Kampung Kasih Sayang sebuah pemukiman yang mengedepankan nilai-nilai kewarganegaraan dan keterbukaan terhadap kunjungan dari berbagai pihak. Sebagai warga negara, mereka memahami bahwa memiliki hak dan kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dijalankan untuk membangun dan menjaga keharmonisan masyarakat. Dalam konteks ini, Kampung Kasih Sayang mewajibkan warganya untuk aktif terlibat dalam kegiatan politik dan mematuhi peraturan hukum yang berlaku. Dengan demikian, mereka berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan memastikan terlaksananya keadilan dalam lingkungan kampung. Kasih Sayang memiliki semangat keterbukaan yang tinggi. Mereka menyambut siapa saja yang ingin berkunjung ke kampung tersebut, baik untuk tujuan studi, riset, maupun kegiatan lainnya. Dalam upaya mendorong pertukaran pengetahuan dan pengalaman, kampung ini menjadikan keberagaman sebagai kekayaan yang perlu dijaga dan dihargai. Dengan menerima kunjungan dari berbagai latar belakang, Kampung Kasih Sayang menciptakan suasana yang inklusif dan saling memberi kebaikan satu dengan yg lainnya.(Humas Unimed)