The 4th ISLALE FBS UNIMED Mamantik Pembelajar Tangguh dan Pusat Peradaban
Dalam menanggapi perkembangan dan perumusan konstruksi dalam Bahasa dan Seni, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan menggelar The 4th International Seminar of Language, Art, and Literature Education (ISLALE) dengan tema “Reformulating the Constructions of Language and Art: Innovations in Outcome-Based Teaching Context” yang dilaksanakan secara online dengan aplikasi Zoom Meeting dan live Youtube pada Kamis (24/11).
Seminar Internasional ini dibuka langsung oleh Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom, SKM., M.Kes., dan dihadiri juga para Wakil Rektor, Para Dekan dan Ketua Lembaga yang ada di lingkungan Unimed serta dihadiri peserta baik mahasiswa, akademisi, guru maupun peneliti. Pada Seminar Internasional ini mengundang narasumber yang ahli baik dari dalam negeri maupun luar negeri yakni Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. (Indonesia), Prof. Dr. Ponimin, M.Hum. (Indonesia), Dr. Balazs Huszka, (Brunei Darussalam), Dr. Jan Wohlgemuth, M.A, (Jerman), Dr. Surasak (Thailand) dan Dr. Cecilia Cheong Yin Mei (Malaysia).
Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom, menyampaikan apresiasi pada sambutannya, “Melalui sambutan ini, kami sebagai pimpinan menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada FBS Unimed dan seluruh panitia sehingga kita dapat hadir bersama mengikuti kegiatan ini. Pada era modern saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas proses pendidikan yang sangat masif. Informasi dan pengetahuan baru menyebar dengan mudah dan aksesibel bagi siapa saja yang membutuhkannya. Pendidikan mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran pendidik yang selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu pengetahuan sedikit banyak bergeser menjauh darinya. Di masa mendatang, peran dan kehadiran pendidik di ruang kelas akan semakin menantang dan membutuhkan kreativitas dan inovasi yang sangat tinggi”.
Prof. Syawal Gultom, menyampaikan pada paparannya, “Reformulating the contructions dilakukan karena kontruksi antara bahasa, seni dan sastra saat ini sudah perlu mengalami perubahan, formulasi yang ada sekarang antara bahasa dan seni itu yakni bahasa itu seni. Seni berbahasa itu adalah simbol peradaban, maka tidak diantaranya tidak bisa dipisahkan. Bahasa juga merupakan bagian dari proses penciptaan seni dan sebagai sarana pengembangan seni. Bahasa juga bisa sebagai sarana klarifikasi struktural dan fungsi khususnya dalam Pendidikan Bahasa sebagai media connectivity antara seniman dengan pengguna juga pengapresiasi seni, sebagai media tafsir seni, sebagai sarana ekspressi seni dan pewaris seni. Akan tetapi yang paling penting antara bahasa, sastra dan seni itu digunakan sebagai alat untuk mendidik.”
“Isu terkini untuk Indonesia adalah bagaimana kita mengantarkan bangsa kita ini menjadi bangsa yang lebih beradab, bangsa yang lebih innovative dan bangsa yang lebih kreatif. Dikarenakan bahasa, sastra dan seni sebagai alat mendidik, dan juga merupakan argumentasi dalam melakukan inovasi dalam Outcome-Based Teaching Context. Maka, untuk menganalisis kurikulum yang akan mengalihkan fokusnya dari “desain ulang kurikulum” menjadi “pelaksanaan kurikulum”, fokus pada Perubahan kurikulum sebagai bagian dari sistem manajemen perubahan yang lebih besar, Menyelaraskan perubahan kurikulum dengan perubahan pedagogi dan penilaian. Dan menyelaraskan perubahan kurikulum dengan perubahan dalam pendidikan guru awal dan pengembangan profesional termasuk pemimpin sekolah.” Lanjut Prof. Syawal.
Dr. Surya Masniari Hutagalung sebagai ketua panitia menyampaikan jumlah peserta pada Seminar Internasional ini berjumlah 500 orang, dan 81 orang sebagai pemateri yang berasal dari berbagai latar belakang. Terdapat 46 orang pemateri berasal dari bidang pendidikan, 8 orang presenter berasal dari seni, 9 orang presenter dari sastra dan 18 orang dari bahasa. (Humas Unimed/bg).